
Wong Jowo, hidup sebagai orang jawa (wong jowo) yang tentu dulu
dibesarkan dengan tata cara dan nilai-nilai Jawa, sudah barang tentu sedikit
banyak akrab dengan budaya jawa. Awalnya
jika mendengar nasehat jawa atau pitutur jowo, saya kurang memperhatikan, tapi dengan
berjalannya waktu makin sadar bahwa nilai-nilai jawa yang dulu saya anggap kuno
ternyata masih cocok dan relevan sampai sekarang tentu untuk pedoman hidup, contohnya
seperti kalimat “NARIMO ING PANDUM”
Narimo Ing Pandum
(Menerima Dalam Pembagian)
Yang saya tahu tentang “Narimo In Pandum (menerima dalam
pembagian) kurang lebih seperti dalam hidup kita/orang sebaiknya menerima jalan
hidupnya sekarang dan menjalaninya dengan iklas dan baik. Contohnya
Jika saat ini atau saya sekarang menjadi seorang pekebun,
maka hendaknya saya menjalani pekerjaan sebagai pekebun tentunya dengan sepenuh
hati. tidak malas, tidak menggerutu, tidak menyesal apalagi menyalahkan keadaan
dan lebih parahnya lagi samapai menyalahkan Tuhan.
Misalnya ini misalnya Jika saya atau anda hidup sebagai
orang yang hanya pas pasan atau lebih lagi kekurangan, maka jalani saja apa
adanya. tidak usah merasa yang paling susah, yang paling menderita, yang paling
apes, dan apalah namanya,. tidak perlu
iri dengan yang lain atau bahkan sampai membenci orang kaya. manfaatkan saja
hasil usaha kita yang minim itu dengan cerdas, tentu sambil ber ihtiar mencari-cari
peluang atau celah usaha untuk menambah pemasukan dan penghasilan pasti harus
dengan cara yang dengan baik.
Misalnya lagi ini missal, kalau kita dikaruniai pasangan
yang kurang sempurna menurut versi kita, tidak ganteng, atau tidak cantik, atau
tidak pinter, atau kurang gaul, atau ndeso,atau tidak modis, atau kurang kaya pokoknya
apa saja yang kurang-kurang lainnya, maka terima saja apa adanya, karena yang
ada untuk kita saat ini adalah yang terbaik karena itu anugerah dari Tuhan. yang
terpenting adalah orangnya berhati baik dan mencintai kita. Dan perlu diingat kita
juga bukan orang sempurna. Yakin dengan penuh percaya di balik semua itu ada
banyak kelebihan, karena belum tentu yang terlihat dimata kita “sempurna” belum
tentu memiliki sesuatu seperti yang kita miliki saat ini.
Perlu dipahami bahwa nasihat ini tidak mengajarkan kita
bersikap berhenti, macet atau mandeg dan tidak berusaha lagi mencari jalan hidup yang lebih baik. mencari
pekerjaan yang lebih baik boleh dan harus, tetapi pekerjaan di tangan tidak
boleh diabaikan.